Jumat, 07 April 2017

Kehebatan Zakir Naik yang Patut Disimak

Leave a Comment
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqz0dGAf-hfC23L2JJRRA8QNn-EcolpkbdOUMrGpY9rHfneM4GBQjuikAwIBbaGNH6fH4g3zlKqc6EHrPlgj-Xri0Z2DZebHnf-ogaxtBXz8O_dPpQFt6D9lDnXRhumYl8orRm_c9Wai0S/s1600/Zakir+Naik+105.JPG



Zakir Abdul Karim Naik, penceramah asal India paling militan di abad ke-21 tengah berkunjung ke Indonesia pada Juli 2017. Kehadirannya tentu dinanti oleh sebagian besar orang yang menggandrungi metode dakwahnya. 

Popularitas Zakir Naik tak bisa dilepaskan dari rekaman video ceramahnya yang banyak berserak di situs Youtube. Jika Anda memperhatikan, format ceramah Zakir Naik yang paling lazim adalah dalam sebuah sesi di mana ia berbicara panjang lebar mengenai perspektifnya, lalu kemudian baru membuka sesi tanya jawab.

Dalam sesi tanya jawab yang kemudian banyak disebut sebagai “debat” tentu sudah dapat ditebak siapa pemenangnya. Zakir Naik dengan terukur dan menohok kerap dengan mudah menundukkan para penanya. Terlebih yang membikin memukau lagi, tak jarang menampilkan para penanya dari berbagai latar belakang agama meski yang paling mayoritas adalah Kristen dan Hindu. Naik bahkan tak segan mengutip banyak ayat dalam kitab Hindu maupun Kristen yang makin menambah memukai pertunjukan Naik di atas panggung.

Di Indonesia, sebagaimana yang lazim ia lakukan di banyak negara, Naik mengadakan sesi tanya jawab. Sudah dapat ditebak pula, banyak penanya asal Indonesia yang tunduk “kalah” di hadapan Naik ketika menanyakan atau meragukan perihal klaim-klaim agama. Ada pula yang sampai mualaf.

Tapi, bukan berarti metode debat, atau jika tak layak memenuhi debat sebut saja tanya jawab, Zakir Naik seperti ini tak bisa dikritisi.

Dari banyaknya video ceramah yang banyak “memenangkan” pertarungan itu, ada satu yang sengaja saya pilih secara subjektif karena menarik perhatian. Video itu menampilkan ceramah Naik di Jepang yang seperti biasa, menghadirkan sesi debat.

Lalu, seorang perempuan Jepang ngacung untuk mengajukan pertanyaan kepada Zakir Naik. Perempuan itu bertanya tentang bagaimana bisa seorang Nabi Muhammad melakukan perjalanan ke Yerusalem hanya dalam waktu semalam saja yang kemudian diperingati sebagai peristiwa Isra Miraj? Bagi perempuan Jepang itu, cerita tersebut adalah sebuah kebohongan besar yang nyata kepada banyak orang.

Tiba ketika Zakir Naik merespon, ia mengambil sebuah perumpamaan di Alkitab ketika Nabi Musa membelah laut, sebuah narasi keagamaan yang juga diamini dan familiar oleh pemeluk Yahudi maupun Nasrani, tak cuma Islam. 

Tetapi perempuan tersebut buru-buru menginterupsi bahwa dirinya juga tidak sedang hipokrit mempercayai kisah-kisah dalam Alkitab. Ia memandang setara bahwa cerita tersebut adalah kebohongan juga, tak lebih dan tak kurang.

Mengetahui interupsi jawaban perempuan tersebut, tiba-tiba Zakir Naik memotong, "Aku tahu, aku sedang memberikan jawabannya, aku belum menyelesaikan jawabannya saudari" Zakir Naik melanjutkan, "Kami percaya bahwa nabi-nabi Tuhan melakukan mujizat," sehingga kisah tentang Nabi Muhammad pergi ke Yerusalem dalam semalam adalah benar adanya karena sebuah mukjizat.

"Apakah Mukjizat itu? Mukjizat adalah sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan logika. Mukjizat berada di luar kemampuan normal manusia." pungkas Zakir Naik.

Sampai habis, tak ada penjelasan ilmiah sebagaimana yang ditanyakan oleh perempuan Jepang itu. Mukjizat tampaknya menjadi jawaban paling maksimal yang bisa dilontarkan oleh Zakir Naik. Ia lebih memilih mengomeli si penanya agar tak menginterupsi penjelasannya mengenai mukjizat, alih-alih menjawab pertanyaan.

"Jadi, ketika manusia melakukan sesuatu yang tidak bisa dinalar dengan logika atau secara sains, itulah yang disebut mukjizat." jelasnya lagi.

Para penggemar Zakir Naik tampaknya cepat puas. Video tersebut oleh pengunggahnya diberi judul "Ibu Jepang ini Mengatakan Muhammad SAW Berbohong" yang sampai tulisan ini dibuat, telah ditonton lebih dari 1,7 juta kali.

Mukjizat Bukan Hal Baru

Definisi mukjizat yang disebut Zakir Naik sebenarnya tak ada bedanya dengan mukjizat yang ada pada tiap agama, dongeng legenda, atau mistisisme yang pernah ada di muka bumi.

Ketika umat Yahudi mempercayai bahwa Musa membawa mereka menyeberangi Laut Merah menuju tanah Israel, ketika umat Kristen percaya Yesus mampu membangkitkan orang mati, ketika Candi Prambanan hanya diselesaikan dalam waktu semalam saja, ketika Tangkuban Perahu adalah sebuah perahu yang terbalik, ketika batu diyakini sebagai seorang anak yang dikutuk oleh ibunya karena durhaka, ketika Pulau Samosir di Danau Toba terbentuk karena kutukan, ketika orang pertama Suku Asmat adalah sebuah patung kayu yang dihembuskan nyawa oleh-Nya, ketika Sungai Brantas terbentuk karena goresan tongkat orang sakti, dan banyak lagi.

Dalam nalar mukjizat, kisah-kisah di atas sama kedudukannya. Ada banyak yang mempercayai itu, ada pula yang meninggalkan. Yang jelas, masing-masing pemeluk meyakini dan mengimani kisah tersebut sebagai sebuah kebenaran.

Lantas apa yang membikin cerita-cerita di atas lebih tinggi derajatnya disbanding cerita serupa lainnya? Atau, apa haknya sesama pemeluk cerita tersebut saling berebut legitimasi dan saling menjatuhkan cerita-cerita di atas? Bukankah itu hanya sebuah kesia-siaan belaka. Dari sini, apa yang ditunjukkan oleh Zakir Naik tak lebih hanyalah sekedar debat kusir belaka. Menggelitik dan hipokrit.

Mukjizat yang kadang juga bisa disebut sebagai sebuah “kebetulan” jelas bukan sebuah bagian dari ilmu sains. Kalaupun mau dipaksakan, yang ada adalah pseudoscience, sebuah usaha menjelaskan keyakinan agar bisa seperti sains. Semua pseudoscience punya satu kesamaan: Argumen dan penalaran yang mereka ajukan melanggar aturan dasar penalaran ilmiah.

Sebuah mukjizat seperti halnya yang diamini Zakir Naik sendiri, bukan sebuah metodologi ilmu. Ia tidak dikaji untuk mengukur kebenaran secara nyata layaknya menemukan sebuah kerangka dinosaurus atau manusia-manusia purba.

Naik tak lebih dari penerus Ahmed Deedat, seorang pendakwah yang gayanya mirip dengan Naik. Ia pada 2006 memang mengakui bahwa terinspirasi Deedat yang kerap menyerang keyakinan umat Kristen.

Alih-alih moderat, Naik punya segudang pandangan konservatif yang mengiringi dakwah kontroversinya itu. 

Misalnya dia merekomendasikan bahwa kaum homoseks sebaiknya dihukum mati, mendukung hukum potong tangan bagi pencuri, menyamakan musik dengan alkohol di mana sama-sama memabukkan, mengutuk perbuatan menyanyi dan menari karena dilarang agama, membolehkan seorang pria memukuli istri dengan “lembut” sejauh itu urusan keluarga, menyebut teori evolusi Darwin hanyalah hipotesis dugaan yang tak terbukti, dan banyak lagi. 

Pandangan seperti Zakir Naik makin melegitimasi bagaimana sebuah agama dipahami untuk mengurung diri sendiri dan tanpa mau berbaur dengan dunia lain karena dianggap salah, tidak baik dan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar