Pada
Sabtu (15/8/2015) di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur
diadakan Karnaval dalam rangka menyambut HUT RI ke 70.[i]
Ada yang menarik, yaitu ketika sekelompok peserta karnaval membawa atribut PKI
berupa foto-foto tokoh Partai Komunis Indonesia beserta bendera palu arit. Juga
ditampilkan para perempuan berpakaian kebaya sederhana tempo dulu yang
dimaksudkan sebagai Gerwani. Dari aksi-aksi karnaval yang dilombakan itu,
kelompok PKI ini bertujuan memperlihatkan kepada warga sejarah kekejaman dan
pemberontakan yang pernah dilakukan organisasi itu. Kelompok ini juga
menampilkan aksi teatrikal tersebut dihadapan bupati beserta wakilnya, pimpinan
Kodim dan Polres Pamekasan beserta para pejabat di lingkungan Pemkab Pamekasan.
Beberapa warga merespon dengan heran tentang kenapa
lambang-lambang palu arit tersebut ditampilkan dengan vulgar. Salah satu warga
yang dimintai keterangan heran kenapa lambang-lambang PKI yang marak mendapat
perlawanan dari masyarakat, bebas berkibar di tengah-tengah karnaval HUT RI,
ujarnya. Anggota Kodim 0826 Pamekasan bahkan langsung merampas dan memusnahkan.
Hanya ada beberapa anggota karnaval yang membawa atribut tersebut sampai garis
finish.[ii] Letkol Armed Mawardi selaku Komandan Kodim 0826
Pamekasan beralasan, agar simbol-simbol PKI itu tidak sampai merasuk ke fikiran
masyarakat.
Baik Bupati Pamekasan sampai pada Polres Pamekasan
sibuk menggelar klarifikasi kesalahpahaman dan penyidikan.[iii] Peserta karnaval yang dimintai keterangan berujar
bahwa tema dan atribut yang wajib digunakan yakni seragam delapan jenderal yang
dibunuh dan dalam barisan terdapat juga tokoh-tokoh PKI Aidit cs serta anggota
PKI bersenjata clurit dan simbol-simbol palu arit,” ujarnya.[iv]
17 Agustus 2015 ini Indonesia genap menjalani
kemerdekaan selama 70 tahun. Dengan tiga fase besar yang mempengaruhi yaitu
Orde Lama 1945-1965, Orde Baru 1966-1998, dan Reformasi 1998- sekarang. PKI
sendiri ada di era Orde Lama, berakhir tragis dengan pembasmian besar-besaran
di rentang tahun 1965-1966, ditutup dengan dilengserkannya Presiden Soekarno
berganti Presiden Suharto. Babak baru Orde Baru dimulai dengan semangat
anti-komunisme. Isu-isu komunisme tak jarang dipakai untuk mengalahkan lawan politiknya
yang juga anti-komunis. Bahkan berlangsungnya era Reformasi tak lantas membuat
semangat anti-komunis bentukan Orde Baru menjadi sepi peminat. Aparat keamanan
yang juga masih berisi warisan Orde Baru masih tampak sehat bugar untuk sigap
menangkapi bau bau palu arit.
Kejadian di Pamekasan tersebut contoh teranyarnya,
jika banyak kasus sebelumnya yang menampilkan atribut PKI dalam sebuah karya
atau yang sekedar dihubung-hubungkan untuk dituduh menyebarkan paham komunisme,
aksi teatrikal di Pamekasan itu jelas dalam temanya untuk memperagakan
iring-iringan kekejaman PKI yang dituding membunuh tujuh jenderal lengkap
dengan para perempuan bergaya Gerwani sebagai penggembira saat pembunuhan.
Cerita dan teatrikal yang ditampilkan padahal sudah sesuai dengan sejarah versi
Orde Baru yang melimpahkan segala dosa ke PKI. Namun ternyata tak membuat
sebagain warga, aparat dan jajaran pemerintahan bangga menyaksikan.
Masih dalam suasana ketakutan terhadap hantu-hantu
komunisme yang diyakini, perasaan ketakutan dan resah masih muncul ketika kisah
PKI versi mereka sendiri ditampilkan dalam bentuk tetatrikal. Ini cukup
menggelikan memang, bagaimana sesama anti-komunisme saling berselisih membahas
anti-komunisme itu sendiri. Yang satu ingin memperingati dengan teatrikal
kekejaman dan yang lainnya merasa takut, risih dan tak biasa karena hantu-hantu
komunisme itu seakan berdatangan mendekat saat segala atributnya diarak di
jalanan. Ini bagai lingkaran, berputar terus tak berujung.
Apapun itu, penjualan buku bertemakan Marxisme dengan
sangat mudah ditemukan, pembeli pun ramai menikmati ajaran dan gerakan
komunisme ini. Meskipun di sisi lain, di kalangan masyarakat awam beserta
aparat lawas hal ini selalu berusaha
menerus diberangus, tampaknya semakin membuat orang-orang muda ingin tahu lebih
dalam dan luas melampaui apa yang ditakuti itu. Lihat saja, buku-buku itu tak
hanya bergambar palu arit yang sebenarnya tak bisa mengajarkan apapun, justru berisi banyak pergerakan sosial yang
didasari atau bersinggungan dengan ajaran komunisme. Ya, semangat komunisme
adalah semangat perlawanan. Marxisme tak akan pernah bisa lepas dari ranah ilmu
pengetahuan khususnya di Universitas. Tidak bisa dibayangkan apabila
kampus-kampus didatangi anggota Kodim, mengintai, kemudian masuk untuk
menghentikan kelas kuliah hanya karena terucap dan membahas paham Marxisme.
Tentu saja pengetahuan aparat dan warga yang takut hantu komunisme tak
sebanding dengan apa yang sedang dipelajari di ranah kajian ilmiah. Pemahaman
yang sepotong dan dari satu sudut pandang inilah yang menciptakan ketakutan dan
parahnya dimanifestasikan dalam bentuk aturan-aturan larangan sampai tindak kekerasan.
Jadi, amat tidak sulit untuk mau membuka pikiran
dengan banyak belajar sejarah bangsa sendiri. Mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang komunisme tak lantas langsung menjadikanmu sebagai komunis sejati.
Marxisme beserta komunismenya tak beda dengan teori-teori ilmu sosial lainnya
seperti Liberalisme, Merkantilisme dan banyak lagi. Bagaimana bisa begitu saja
membenci padahal sebenarnya tak begitu paham dengan apa yang dibenci. Ini khas
penyakit masyarakat bangsa Indonesia juga untuk kasus-kasus kebencian lainnya
seperti fanatisme agama atau diskriminasi rasial. Mudah menyimpulkan dan
bersumbu pendek.
Dirgahayu RI ke 70. Segeralah untuk move on mengusir imperialisme Orde Baru,
karena segala masalah bangsa ini tak sedikit yang berasal dari tradisi-tradisi 32
tahun Orde Baru berkuasa.
Berita
[i] http://regional.kompas.com/read/2015/08/15/13235241/Gambar.Simbol-simbol.PKI.di.Karnaval.HUT.RI.Dimusnahkan
[ii] http://regional.kompas.com/read/2015/08/15/16531191/Kodim.Pamekasan.Mengaku.Kecolongan.soal.Atribut.PKI.
[iii] http://regional.kompas.com/read/2015/08/16/13173561/Soal.Atribut.PKI.di.Karnaval.Bupati.Akan.Klarifikasi.ke.Presiden.Jokowi
[iv] http://regional.kompas.com/read/2015/08/16/00352951/MKKS.Tema.PKI.Sudah.Ditentukan.Panitia.Karnaval
0 komentar:
Posting Komentar