Ibu saya pernah bercerita, ia satu-satunya
orang yang diterima menjadi pegawai negeri sipil di Kota Kediri tahun 1986.
Saat itu yang ibu rasakan adalah kegembiraan luar biasa atas perjuangannya
mendapat pekerjaan setelah menjalani sekolah guru. Namun ketika proses clearing, diberitahukan bahwa tidak bisa
diterima karena surat keterangan bersih diri dari desa menyatakan ibu saya tidak
bersih.
Jika sudah berurusan dengan keputusan dan stigma itu,
tidak banyak yang bisa dilakukan. Protes tidak memungkinkan. Aturan bersifat
mengikat dan diharuskan tunduk. Alih – alih
berjuang mendapat keadilan, justru penjara menjadi jawaban terburuknya. Ibuku
mengurung diri selama seminggu. Dia
tidak terlibat apapun, karena tahun 1966 ia baru lahir. Namun ia tahu
ada kerusuhan dan pembunuhan massal sesama bangsa sendiri. Ayahnya, yang juga
kakek saya selamat dari peristiwa itu saat diamankan dirumah keluarga kakak
iparnya. Dengan kesehariannya bertani, kuat dugaan kakek anggota dari BTI
(Barisan Tani Indonesia) bersama rekan-rekan di desanya.
Selepas saya SMA tahun 2011 lalu, internet
semakin berkibar. Menjadi media yang mencerahkan. Banyak sekali
pengetahuan-pengetahuan baru didapat diluar teks-teks sekolah dan perkuliahan. Salah
satunya Wikipedia. Saya tidak setuju Wikipedia dipandang sebelah mata. Bukan
karena pembelaan saya sebagai editor, tapi artikel-artikelnya sangat membantu
memperbesar volume pengetahuan otak. Banyak dari artikel-artikel utama tetap
berbobot dan sangat mencerahkan. Namun perlu diakui kualitas dari keseluruhan
Wikipedia berbahasa Indonesia masih kurang. Karena masih sedikit yang mau mengurus dan cenderung meremehkan,
saya tergerak bersama anggota yang lain untuk memperbaiki dan melengkapi jika
menemukan artikel-artikel yang tidak terurus terutama di topik-topik yang saya
sukai. Termasuk tersesat di tulisan-tulisan tentang enam lima itu. Apa yang
diceritakan tentang keadaan masa itu relevan dengan cerita ibu. Bagi saya peristiwa
itu adalah tumbal dari pertarungan politik. Pergerakan kiri kalah telak,
penghancuran pemikiran-pemikiran kiri untuk pembangunan Indonesia dihancurkan
menyisakan debu oleh lawan politiknya.
Segera setelah peristiwa pembunuhan massal
di hampir seluruh Indonesia, era rezim baru dimulai dibawah kepemimpinan Soeharto.
Dia juga yang memulai dan menyatakan perang terhadap pandangan politik
berhaluan kiri dengan dalih menyelamatkan negara. Sebenarnya dia tak terlalu
terlibat dalam pergerakan nasionalis bangsa ini sebelumnya. Ketika Sumpah
Pemuda diucapkan, dia masih kanak-kanak berusia tujuh tahun. Masuk KNIL tentara kolonial. Belanda jatuh,
melamar menjadi kepolisian Jepang hingga diketahui karier militernya menanjak.
Digambarkan oleh Pramoedya, ia macam Sastro
Kasir. Jika Sastro Kasir mengorbankan
putrinya demi jabatan dan kekuasaan, maka Soeharto mengorbankan rakyatnya.
Hampir sejuta orang disembelih atas perintahnya, puluhan ribu orang dibantai
hanya karena bertato. Seperempat penduduk Timor Leste yang kecil itu mati
akibat invasi perintahnya. Bahkan anak buahnya yang dikirim untuk menaklukan Timor
Leste menjabat Presiden dua periode. Juga menantunya yang dikirim, paling rajin
mengeksekusi warga Timor Leste terlihat
mencalonkan diri menjadi Presiden tahun lalu.
Mungkin pengaruhnya memperburuk hingga saat
ini. Nalar kritis sebagian besar penduduk bangsa ini tak banyak bergerak pasca
ditidurkan massal selama tiga puluh dua tahun Orde Baru.
"Ada baiknya kita
mengingat-ingat kekuasaan Soeharto. Bukan dengan tujuan untuk meromantisasi
tetapi untuk mendalami mengapa kita, sebagai bangsa, berhadapan dengan
masalah-masalah besar yang sangat sulit penyelesaiannya. Soeharto ada pada
titik pusat banyak masalah itu."
0 komentar:
Posting Komentar