Bentuk Bumi menurut pengagum Flat Earth |
Jika Bumi itu bulat,
kenapa ketika naik pesawat ketinggiannya tidak berubah-ubah?
Hampir tiap kali saya membuka
facebook dan mengamati tiap tulisan-tulisan bertebaran di beranda maupun tautan
yang sedang dibagikan selalu menemukan hal baru yang menambah informasi.
Seperti pada siang itu, ditengah sedang asik mengamati tiap status tulisan yang
mampir di beranda saya terhenti kepada postingan salah satu teman di Facebook
yang menyertakan sebuah screenshoot sebuah grup bertuliskan Indonesian Flat Earth
Society (Komunitas Bumi Datar Indonesia). Sontak saya mengernyitkan dahi
terheran-heran karena sampai ada sekumpulan orang yang masih menganggap Bumi
itu datar.
Sejak saya duduk di bangku
Sekolah Dasar dan dikenalkan dengan bermacam
benda-benda luar angkasa, dijelaskan bahwa yang ditinggali manusia sekarang
ini adalah sebuah planet Bumi berbentuk bulat. Foto-foto Bumi bulat
diperlihatkan lewat buku pelajaran lengkap dengan rotasi Bumi pada porosnya
yang mengakibatkan 24 jam waktu siang dan malam, juga revolusi Bumi
mengelilingi matahari selama 365 hari atau setahun lamanya.
Saya ingat betul perumpaan
pertama yang saya ingat untuk menjelaskan Bumi itu bulat adalah sebuah kapal
yang cerobongnya terus tenggelam ketika menjauh meninggalkan pesisir pantai
menuju ke tengah sampai tak terlihat kasat mata lagi. Kemudian ketika kapal
bertolak untuk mendatangi pesisir daratan, cerobong kapal yang adalah bagian
tertinggi dalam badan kapal tampak muncul terlebih dahulu, sampai akhirnya
makin mendekat dan menampakkan keseluruhan kapal secara utuh. Apa ini ternyata
juga salah? Cobalah sendiri membuktikannya
Belum lagi soal penerbangan
Buenos Aires ke Sydney yang hanya memakan waktu 8 jam saja. Ini karena pesawat
tersebut langsung memotong melewati kutub selatan. Juga saat ujicoba pesawat
Airbus A-380 dari Johannesburg
Afrika Selatan ke Sydney Australia yang cuma memakan waktu 18 jam saja. Bayangkan
jika Bumi itu datar maka waktu sesingkat itu tidak mungkin didapat dan secara
teknis menurut peta Bumi datar bahkan amat tidak mungkin rute perjalanan
langsung seperti itu karena harus memutar jauh, kecuali dibantah lagi bahwa
lewat lubang ghaib. Itu juga sekaligus mematahkan bahwa Bumi ada batas tembok
besar yang tidak akan bisa ditembus.
Soal satelit stasiun luar angkasa
juga dibantah yang katanya hanya hoax kerjaan Hollywood. Waduh ncen keblinger tenan kakean nguntal
konspirasi recehan, trus bagaimana kita bisa berkomunikasi lewat telepon
selluler, nonton siaran televisi, saat ini kalau satelit tidak ada? Soal
ketinggian pesawat yang dikatakan stabil dan menjadi bukti bahwa Bumi itu
datar, oleh Profesor
astrofisika dan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
dipaparkan bahwa ketinggian pesawat diukur secara relatif terhadap permukaan
Bumi. Ukurannya yang besar membuat kelengkungan Bumi tidak begitu dirasakan.
Lebih prihatin ketika saya
melihat artikel Bumi datar begini masuk dalam sebuah akun Line Hidden Secret
dan keprihatinan memuncak ketika melihat komentar-komentar di akun tersebut
yang kemudian dengan mudahnya auto murtad, eh auto percaya bahwa Bumi
itu datar. Tapi ya memang kesalahan saya juga sih ngapain ngikuti akun receh
macam Hidden Secret itu hahaha. Sebenarnya masih banyak lagi bermacam-macam
alasan yang dilontarkan oleh komunitas Bumi datar itu.
Dalam ranah sains,
keyakinan-keyakinan macam begitu masuk dalam pseudosains, lebih-lebih pandangan
Bumi itu datar juga ditampilkan dengan gaya ngilmiyah.
Padahal ya mung asal njeplak. Tapi
ternyata tentu ada maksud lain sehingga mereka dengan gigih membela bahwa Bumi
itu datar, untuk urusan ini saya sarankan untuk dicari tahu sendiri sajalah,
silahkan mampir ke situs, blog atau grup mereka di facebook. Nanti silahkan
disimpulkan sendiri hehehe.
Saya gak ngerti lagi bagaimana
para astronot di berbagai negara-negara maju yang tidak hanya Amerika
menanggapi militansi kelompok Bumi datar ini, mungkin ini bisa menyebabkan
manuver pesawat luar angkasa berbalik arah ke lokasi tempat dimana anak-anak
pecinta Bumi datar sibuk memposting. Atau mungkin mereka sebenarnya hanya
penasaran saja ingin diajak jalan-jalan ke luar angkasa. Disaat negara-negara
lain sudah ekspansi ke planet lain selain Bumi, ngomongin Bumi datar memang ra konkret blas. Mending merasakan
gurihnya tahu bulat yang tiap hari lewat digoreng lima ratusan enak!.
Oh iya, kalau menanyakan kenapa
kok harus tahu bulat, karena tahu datar kotak-kotak tentu sudah dahulu ada dan
butuh pembuktian lain kalau ternyata yang bulat tak kalah enaknya. Mirip
seperti pemahaman purba yang melihat bahwa Bumi itu datar karena hanya sebatas
mata memandang. Gimana, sudah pas belum? Kalo belum silahken berkomentar, saya
pusing hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar